Sabtu, 02 Mei 2009

Festival Teater Pelajar 3 2009 d'lick

daftarkan kelompok teater sekolah kamu SEGERA atau datang aza ke kampoeng teater di Taman Budaya Sumatera Utara Jl. Perintis Kemerdekaan No 33 Medan




sajak ilham


Pabrik Kopi
– untuk kawan kawan di pabrik kopi

mereka tak menemukanku lagi di sana:
kebahagian adalah senyuman
cinta yang menyembur dari mata
menyelinap di kata-kata kami;
kini-dulu

aku ini batu kata karung goni
sahabat luka kata kopi

tawa canda kami memekik
pada mesin-mesin penimbang berat
dan diam-diam telah kami curi kebahagian
dari celah-celah butir keringat

(satu awan gelap memandang sinis
teh manis kami tumpah—kadang juga kopi
baju kami basah
akh, lupakan saja, kita gulung lagi tawa
hahahaha)

roda waktu mengejar nafas
senyum anak kami; ingin disuap
lonceng berdentang:
sayur dari dagingku; ikan dari darahku
makanlah, nak

rinduku makin gila:
pun tak kusangka
acap kali aku tergoda
menjual lambungku

kau pisau tumpul tapi tajam
ada logam tikamlah

sampailah pada ujung perjumpaan:
seluruhnya menjadi kenang
kunang kunang malam yang terang;
cintaku kian membentang—samudera

Medan. Februari 2009
Pemabuk

Oya, akukan pemabuk
Hantu malam dari lubang jahanam
Anjing liar dari kebun-kebun pembantaian
Tolong tuangkan lagi luka itu, kawan!
Gelasku sudah kosong
Lagi pula lambungku masih lapang
Memendamnya.

Cengeng!
Jangan kau habiskan air mata itu, tolol!
Besokkan film horornya masih diputar
Apa? Kau bilang film komedi yang membuat kau menangis?
Hahahaha…puji tuhan!
Lantas mengapa kau menangis?
Kau menangisi mereka—orangorang suci itu?
Hahahaha…ternyata kita sama rupanya, kawan
Hantu malam dari lubang jahanam.

Taik kucing!
Aku melihat taik mata di bulan
Kau mengajakku begadang?
Dendang lagu dendang rindu
Akh…pilu!

Medan. Maret 2009

anak-anak tersisa

eko imoet

yondik tanto


ilham wahyudi


citra rizky


yusra lubis


jali kendi






kampoeng ini dulu pernah dihuni segerombolan orang-orang tahan lapar, namun sejalan perputaran roda jaman orang-orang itu beringsut jauh. kini kampoeng kami mulai sunyi dari canda tawa serta caci-maki yang dulu sering muncrat dari mulut. di kampoeng kami perempuan adalah makhluk langka, tak heran kalau laki-lakinya sering tersesat di kampoeng lain. dan inilah anak-anak yang tersisa di kampoeng kami, yang mungkin saja esok juga akan berkhianat.